Bab 11 Penentuan Usia (korban) Dewasa saat Kematian di dalam
Konteks Forensik
Eric Baccino dan Aurore Schmitt
Ringkasan
Penilaian usia korban saat kematian dihadapkan dengan masalah
biologis dan metodologis. Proses terkait usia menunjukkan variasi yang besar,
baik di dalam dan antar populasi. Namun, dalam konteks forensik, parameter ini
sangat penting untuk identifikasi, dan memerlukan akurasi dan keandalan. tujuan
dari bab ini menerangkan metode yang paling tepat sesuai dengan indikator yang
tersedia untuk setiap kasus. Ketika indikator yang paling tepat tidak tersedia,
penulis merekomendasikan menghindari estimasi usia korban saat kematian.
Kata Kunci: Usia saat kematian; dewasa; simfisis pubis;
permukaan sakropelvis; rusuk keempat; klavikula; periodontosis; tembus akar.
1. PENDAHULUAN
1.1. Penilaian usia Tujuan dalam Konteks Forensik
Estimasi akurat usia saat kematian merupakan prasyarat untuk
identifikasi forensik (1) dan studi paleoantropologi. Namun, tujuan dan kendala
paleoantropologi dan antropologi forensik berbeda, meskipun kedua bidang itu menerapkan
metode yang sama. Untuk populasi terakhir, perkiraan usia saat kematian pada rangka
memungkinkan pengembangan profil demografis untuk membahas kondisi biologi masa
lalu dan praktek penguburan korban. Dalam penyelidikan forensik, penilaian usia
adalah bagian dari membangun profil biologis dari sisa tubuh korban tak dikenal.
Nilai estimasi ini bisa rumit . Identifikasi akan membantu polisi dan penegakan
keadilan, karena sisa tubuh tak dikenal dapat menimbulkan kecurigaan. Identifikasi
orang yang meninggal juga sangat penting bagi keluarga terdekat karena alasan
ekonomi dan keuangan (premi asuransi jiwa dan pembayaran gaji dari almarhum),
karena alasan administratif (pemakaman, warisan, pernikahan kembali), dan
terakhir, namun tidak sedikit, untuk alasan psikologis. Hal ini sering lebih
menyakitkan dan sulit bagi kerabat untuk melalui proses berkabung ketika tubuh
orang tercinta mereka tidak hadir.
1.2. Kekhasan Kasus Forensik
Dari sebuah penelitian yang dibuat antara 1997 dan 2001 di
daerah Montpellier (populasi, sekitar 1,5 juta), yang diekstrapolasi ke seluruh
negeri Perancis, dapat diasumsikan bahwa lebih dari 1500 tubuh dikenal dalam
struktur medicolegal Perancis memunculkan masalah identifikasi setiap tahunnya (2).
Di antaranya tubuh yang disebut dengan nama John Apakah, 10%
sangat awet, 33% tubuh hangus terbakar, 33% membusuk (untuk berbagai tingkat, karena
identifikasi visual yang pasti tidaklah mungkin), dan hanya 20% yang mengandung
kerangka.
Pengelompokkan ulang ini memiliki implikasi praktis untuk
estimasi usia dalam aktivitas forensik "harian" (bukan bencana
massal). Ketika tubuh korban ditemukan dalam kondisi diawetkan dengan baik atau
sedang membusuk, maka harus disampaikan kepada keluarga untuk penyadaran, ini
berarti bahwa metode penentuan usia yang bisa destruktif untuk tubuh (misalnya,
penutupan jahitan tengkorak dan sendi sacroiliac) harus dihindari. Oleh karena
itu, perlu metode penentuan usia yang akurat dan dapat diandalkan, dimana pada
kasus forensik harus diuraikan pada bagian-bagian kecil dari tubuh (yaitu,
mudah untuk diakses dan dikumpulkan).
Selain itu, karena kebutuhan penyelidikan polisi, perkiraan
usia harus diberikan dengan cepat (dalam hitungan jam atau hari). Forensik
antropologi harus berurusan dengan faktor waktu. Jika tubuh tidak berbentuk
kerangka lengkap, perlu untuk membersihkan tulang-tulang yang dianalisis untuk
penilaian umur. pembersihan tulang ini bisa memakan waktu 1-2 jam dengan air
mendidih, pemutih, dan sikat logam. Harus digarisbawahi bahwa sebagian besar
metode penilaian usia saat kematian yang dijabarkan pada koleksi tulang-tulang
kering atau sampel (3-6) seringkali tidak memperhitungkan parameter ini.
Di kebanyakan negara, pekerjaan mencari keadilan harus
dilaksanakan dengan biaya terjangkau. Oleh karena itu, dalam bab ini, fokusnya
adalah pada metode "mudah dijalankan", oleh tim forensik.
Bab ini memberikan metode "acuan", seperti pemakaian
asam aspartat dalam dentin (1), yang penulis tidak mampu melakukan karena kesulitan
teknis. Kesulitan-kesulitan ini juga dialami oleh oleh tim lain. Selain itu,
keandalan metode ini memang belum diuji dan dibandingkan dengan metode lainnya.
1.3. Masalah untuk Penilaian Usia saat kematian orang Dewasa
Dari kerangka
Penilaian usia saat kematian orang dewasa menghadapi masalah
umum ditemukan dalam forensik dan paleoantropologi (6-9).
perkiraan usia orang dewasa didasarkan pada indikator "umum",
seperti degenerasi tulang, gigi, dan remodeling tulang. Diakui bahwa metode
penilaian umur memang memiliki kelemahan. Sumber utama dari masalah adalah
sifat penentuan usia manusia. Penentuan usia dicirikan oleh akumulasi gangguan
metabolisme (10). Proses terkait usia menunjukkan variasi yang besar dalam
tingkat dan derajat perubahan populasi dengan bertambahnya usia (11). Penentuan
usia individu ditentukan oleh interaksi gen-budaya-lingkungan. Variasi dalam
proses penentuan usia biologis akan meempegnaurhi penilaian usia saat kematian
. Hubungan antara usia kronologis dan indikator umur rangka sering tidak linier.
Perubahan kerangka memiliki beberapa hubungan dengan usia, tetapi hubungan ini
diatur oleh banyak faktor (12). Asumsi dasar biologis yang mendasari hubungan
umur / indikator dianggap tetap di seluruh populasi adalah salah. Oleh karena
itu, usia korban tak dikenal sulit diperkirakan dengan tepat menerapkan metode apapun
. Dari sudut pandang forensik, perlu mempertimbangkan bahwa perubahan usia
tidak seragam di seluruh populasi (13). Ketika diterapkan pada populasi usia
dikenal pada saat kematian, metode itu terbukti kurang dapat diandalkan
dibandingkan hasil yang diperoleh dari sampel yang digunakan untuk menguraikan
metode (14-17). Oleh karena itu, dalam konteks forensik, perlu untuk
menggunakan standar metode populasi (6) tertentu. Namun, orang tidak boleh lupa
variabilitas antar individu dalam populasi yang sama, dimana parameter ini sering
diremehkan (18). Selanjutnya, individu yang tubuhnya yang membusuk atau jadi
rangka sulit untuk ditentukan .
1,4. Dasar Teoritis untuk Pemilihan Metode
Karena perubahan kronologis indikator usia dalam tubuh
manusia terjadi tidak pada kecepatan yang sama selama hidup, langkah pertama
dalam Penaksiran usia adalah mengelompokkan kasus yang dimaksud dalam salah
satu dari dua kelompok usia, anak sampai 12 tahun (ketika perkembangan gigi
sangat penting) dan sub-dewasa sampai 20 tahun (terutama berdasarkan studi
epiphyses).
Untuk orang dewasa, ada tiga sub kelompok tambahan:
orang-orang dewasa muda (sampai dengan 40 tahun); orang dewasa matang (lebih
dari 40 tahun), dan orang dewasa senior, atau lanjut usia (Lebih dari 65
tahun), dimana belum ada metode yang dapat diandalkan untuk mengestimasi usia
lebih tepat . Menimbang bahwa mereka adalah persentase tumbuh cepat dari
populasi di negara maju dan bahwa kelompok lanjut usia ini sering mati
terisolasi, yaitu "65-dan diatasnya.", bahkan, sering ditemukan
membusuk di apartemen mereka atau di luar rumah (demensia dan kabur), maka masalah
identifikasi orang tua harus dipecahkan.
Salah satu faktor kunci untuk pilihan metode yang tepat
untuk penentuan usia sisa orang dewasa adalah kualitas penggalian sisa ini; seringkali
menghadapi dengan seluruh tubuh diawetkan dengan lengkap adalah masalah yang
sama sekali berbeda daripada menentukan bagian tubuh usia terfragmentasi (8). Untutk
mengatasi kendala ini, penulis telah mengembangkan pandangan mengenai penilaian
usia saat kematian sisa manusia dewasa.
Bab ini bertujuan memberikan informasi praktis untuk penentuan
usia pada kasus forensik, sesuai dengan indikator tersedia pada setiap kasus
(fragmen, kerangka, tubuh, dll .) .
2. PENENTUAN UMUR pada BADAN lengkap orang DEWASA (sudah
jadi kerangka atau masih membusuk)
2.1. Prosedur dua langkah
Para penulis telah mengembangkan dan menggunakan prosedur dua
langkah (TSP) selama 15 tahun (19). Keuntungan dari metode ini adalah
keakuratan / rasio kesederhanaan (19). TSP adalah metode mudah dilakukan yang
dapat digunakan oleh tim forensik dengan hasil yang cepat dan cukup akurat
untuk mengatasi kebutuhan penyelidikan.
Prinsip TSP (20) adalah menggabungkan secara kronologis, non
matematis, dengan Sistem Suchey-Brooks (SBS) untuk simfisis pubis menggunakan metode
gigi Lamendin. SBS (13,21,22) adalah metode interval usia yang akurat untuk penentuan
usia antara 17 dan 40 tahun tua. Simfisis pubis akan menjadi matang di akhir
hidupnya. Modifikasi ini cukup berbeda untuk memungkinkan penilaian usia saat
kematian. Setelah proses kedewasaan selesai, perubahan morfologi akan degeneratif
dan sangat bervariasi antara individu (4,19,23,24). Metode Lamendin adalah
metode rumus yang memberikan hasil yang lebih baik bagi individu yang telah
meninggal antara 40 dan 65 tahun (19,25). Langkah pertama terdiri dari
pemeriksaan simfisis pubis . Yang membantu klasifikasi sebagai dewasa muda
(fase I, II, atau III SBS) atau yang lebih tua (fase IV, V, VI).
Untuk tahap SBS I, II, dan III, perkiraan usia menggunakan
interval kronologis sesuai tahapnya. Jika fase SBS itu adalah IV, V, atau VI,
metode Lamendin harus diterapkan.
TSP ini didasarkan pada hipotesis bahwa metode tunggal tidak
relevan untuk seluruh rentang hidup. Dengan TSP, metode yang digunakan akan saling
melengkapi dan tidak digabungkan. Pendekatan ini benar-benar berbeda dari
metode multi-indikator yang telah direkomendasikan oleh banyak penulis (26-28)
dan baru-baru ini diperdebatkan. Menggabungkan metode yang diuraikan pada
sampel referensi yang berbeda mengarah pada kesalahan mendasar. Variabilitas
antara populasi tidak memungkinkan pendekatan semacam itu. Selain itu, sulit mengasosiasikan
metode matematis memberikan perkiraan usia dengan simpangan baku untuk tiap metode
penentuan kategori usia (6).
2.2. Langkah Pertama: Pemeriksaan simfisis Publik Dengan SBS
2.2.1. KARAKTERISTIK SBS: KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
Di antara metode penentuan usia simfisis pubis (3,8,29),
penulis lebih memilih SBS karena beberapa kelebihan. Pertama, penggunananya yang
sederhana. Modifikasi morfologi dibagi menjadi enam fase. Selain itu, penyatuan
public sering diamati tersedia untuk perbandingan visual, yang bermanfaat bagi
pengamat yang kurang berpengalaman (19,30). Metode ini telah diuraikan pada
populasi modern multiregional, dan forensik (otopsi sampel Coroners Kantor Los
Angeles), dan pengolahan data yang memperhitungkan variabilitas antar individu.
Untuk setiap fase, dua interval usia disediakan dengan selang kepercayaan 66
dan 95%. sejak tahun 1988, Baccino (19) telah menggunakan teknik ini dan mengakui
teknik ini ddapat digunakan dengan keandalan pada sampel Eropa bagi individu di
bawah usia 40 tahun.
Namun, SBS memiliki beberapa kekurangan. Gender dan
keturunan merupakan prasyarat, dan symphyseal wajah sering rusak dalam kasus
kerangka kuno dan dalam tubuh hangus.
2.2.2. PENGUMPULAN DAN PERSIAPAN simfisis pubis
Jaringan lunak sering melimpah dalam kasus-kasus forensik yang
harus dibedah di meja otopsi untuk mendapatkan akses ke tulang. Sebuah gergaji
listrik diperlukan untuk memotong ischio dan ramus iliopubic (panjang minimal 2
cm) untuk menjaga semua informasi. Pembuatan preparat dari simfisis pubis
adalah sederhana: setelah mengeluarkan jaringan lunak sebanyak mungkin dengan pisau
lance, tang forceps, dan sikat logam, sampel dimasukkan ke dalam air mendidih. Proses
ini bisa berlangsung 10 menit sampai 1 jam, tergantung pada kepadatan tulang
dan tulang rawan seberapa kuat melekat pada permukaan tulang. Artinya perebusan
harus diawasi secara teratur, tujuannya adalah untuk membersihkan permukaan
symphyseal dari jaringan lunak tanpa kehilangan informasi. Sebuah pembuatan
preparat yang keras bisa merusak kriteria usia. Setelah preparat jadi , jika
bahan kimia tidak digunakan, sampel dapat disimpan tanpa batas waktu pada suhu
kamar.
2.2.3. PENILAIAN USIA SAAT KEMATIAN DENGAN SBS
Sebuah perbandingan visual rinci dengan gips memungkinkan,
sebagian besar waktu, setiap pengamat untuk menentukan pilihan satu fasa.
Fitur pertamayang harus diamati adalah aspek dari permukaan
artikular, yang bergelombang dengan deretan tonjolan dan alur-alur jelas pada
individu muda. Permukaan menjadi rata di 40-an dan akhirnya tidak teratur
karena porositas, kerusakan tulang, dan konstruksi.
Kriteria kedua adalah tonjolan rims punggung dan perut, yang
tidak hadir dalam tahap awal. Pembentukan dormasi tulang punggung dimulai
pertama, bagian atas dari margin ventral menjadi yang terakhir akan selesai. Hanya
dalam fase keempat akan berbentuk oval, dimana permukaan artikular dicapai.
Evaluasi penyelesaian ekstremitas atas dan bawah
memungkinkan diferensiasi tiga fase sebelumnya. Mereka tidak hadir di tahap I,
tidak lengkap di fase II, dan lengkap dalam tahap III.
Sebuah rekomendasi praktis dapat dibuat. Disini perlu membandingkan
kedua sisi artikulasi sebagai kedewasaan mungkin berbeda antara kiri dan sisi
kanan. Untuk menonjolkan bantuan, permukaan reguler harus diawasi dengan
menggunakan latar belakang gelap. Permukaan artikular harus dipindahkan selama
pemeriksaan di depan, profil, dan melihat miring.
Gambar 1 menggambarkan enam fase SBS untuk laki-laki (Gambar
1A) dan perempuan (Gambar 1B), dengan usia rata-rata pada saat kematian,
standar deviasi, dan berbagai 95% seperti yang diberikan oleh Brooks dan Suchey
(22).
2.3. Langkah Kedua: Pemeriksaan akar Tunggal Gigi Dengan
Metode Lamendin
2.3.1. KARAKTERISTIK METODE LAMENDIN
Seperti sebagian besar metode gigi untuk penilaian usia saat
kematian , metode Lamendin berasal dari metode mikroskopis Gustafson (31), yang
didasarkan pada penilaian dari enam fitur gigi. Selain kompleksitas
realisasinya (diperlukan bagian tipis memanjang gigi ), kelemahan utama dari
metode ini adalah penggunaan sampel acuan (dari mana rumus akan dibangun) untuk
menguji keakuratan metode ini. Akibatnya, belum ada penelitian lebih lanjut
mampu menunjukkan hasil yang sama baiknya dengan publikasi awal (32-34). Pada
1980-an, Lamendin (35) menggunakan analisis multivariat untuk
Gambar. 1. penentuan usia pubik pria (A) dan perempuan (B)
Suchey-Brook dengan statistik deskriptif. sd deviasi, standar; kisaran 95%,
usia interval 95% dari sampel.
sampel modern yang
dikumpulkan di kantor gigi (400 orang) dan menunjukkan bahwa tembusan akar
merupakan faktor yang paling penting dari tujuh kriteria Gustafson. Hal ini
juga menunjukkan bahwa, di antara semua kriteria, hanya periodontosis yang secara
statistik independen dari tembusan akar. Tembusan itu dikarenakan addanya pengendapan
kristal hidroksiapatit dalam tubuli dentin dan muncul biasanya setelah usia 25.
Ini adalah fenomena alamiah . Ini bukan kasus bagi periodontosis, yang sangat
tergantung pada diet dan kebersihan mulut dan yang meningkatkan secara
signifikan (tapi sedikit) akurasi rumus penentuan usia dengan dua criteria Lamendin.
Penggunaan panjang akar sebagai pembagi menghilangkan pengaruh ukuran gigi pada
evaluasi usia.
2.3.2. PENILAIAN USIA SAAT KEMATIAN DENGAN METODE LAMENDIN
Sebuah gigi berakar
tunggal (gigi seri atau gigi taring), sebuah sumber cahaya (seperti kotak
cahaya 16W), penggaris, dan caliper persegi akan diperlukan. Pengukuran
dilakukan pada gigi yang diekstraksi secara keseluruhan, tanpa persiapan apapun.
Selama pengembangan metode ini, ditunjukkan bahwa jenis dan sisi gigi yang
pengukuran dilakukan, rata-rata nilai pengukuran yang diperoleh dari beberapa
gigi vs satu gigi, tidak memiliki pengaruh signifikan pada kinerja metode (36) .
Ketika gigi telah diekstrak, pengukuran tembusan, periodontosis, dan tinggi
akar harus dilakukan pada sisi yang sama dari gigi mana pengukuran tampaknya
yang paling mudah untuk mengambil. Panjang akar adalah jarak antara puncak akar
dan pada mahkota (persimpangan semen-enamel). Periodontosis adalah jarak antara
mahkota dan perpanjangan garis jaringan lunak, terlihat sebagai garis
kecoklatan dan sering terdeteksi dengan menyentuhnya. tembusan mudah terlihat
dengan melihat gigi yang terkena cahaya, panjang zona transparan pada puncak
akar diukur. Gambar 2 menunjukkan tiga jarak.
Setelah pengukuran dilakukan, usia saat kematian diperoleh
dengan rumus berikut:
Rumus ….
Umur = 2 × 0,18 '+ 2 × 0,42' × 100 + 25,53
Kesalahan rata-rata estimasi, untuk setiap dekade, merupakan
kesalahan rata-rata antara usia yang sebenarnya dan estimasi yang diperoleh
dari evaluasi metode pada real kasus forensik independen (19,36). Misalnya,
ketika usia dihitung adalah 46 tahun, ada kemungkinan 66% bahwa usia yang
sebenarnya adalah antara 35 dan 55 tahun (itu sesuai dengan usia perkiraan ±
9,9 tahun). Untuk mendapatkan peluang 95%, perlu untuk melipatgandakan
kesalahan rata-rata. Para ahli harus memperhitungkan interval kesalahan ini
ketika mengevaluasi usia saat kematian dengan metode ini.
Gambar. 2. metode
Lamendin: pengukuran panjang akar (LR), periodontosis (P), dan tembusan (T).
2.3.3. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN DARI METODE LAMENDIN
Karena tembusan akar berkembang di kemudian hari, metode ini
tidak bekerja dengan individu muda tetapi memberikan rentang kepercayaan
diterima dari usia 40 sampai 65. Di bawah batas ini, interval kepercayaan lebih
dari 10 tahun.
Penerapan metode Lamendin sederhana, dan perbedaan antara
pengamat dianggap rendah (37). Sebuah penelitian baru divalidasi metode ini
pada studi berskala besar dilakukan pada sampel Amerika Utara dari Koleksi
Terry (25). Hasil memberikan kesalahan rata-rata lebih kecil (7,7 dalam sampel AS
vs 8,4 pada satu Perancis) dibandingkan dari publikasi asli. Selain itu, Prince
menunjukkan bahwa dengan menetapkan gender dan formula spesifik-dengan-populasi,
akurasi membaik sedikit (maksimum 1 tahun). Namun, penulis yang sama (38) mengagap
perlu untuk menghitung ulang rumus dari contoh acuan untuk mengurangi kesalahan
rata-rata penilaian usia saat kematian bila diterapkan pada populasi dari
Balkan. Tampaknya, bahwa standar populasi tertentu harus dijabarkan untuk
mendapatkan hasil yang dapat diandalkan bila diterapkan pada individu dari
daerah yang berbeda dari sampel acuan.
Sebuah studi (39) membandingkan delapan metode gigi, baik
makroskopik dan mikroskopik (gigi belah), dan menemukan bahwa metode Lamendin
memiliki keandalan "tinggi", pengulangan rendah, kegunaan
"tinggi", dan perlunya peralatan "standar" . Dianjurkan
untuk memilih metode yang memiliki profil terbaik untuk kasus tersebut, metode
Lamendin telah direkomendasikan untuk identifikasi kasus massal dan "
antropologi berharga ". Sayangnya, penelitian ini terbatas karena
didasarkan pada sampel kecil (20 kasus) termasuk individu-individu dari usia 14
( jumlah persis orang di bawah 30 tahun tidak disebutkan), periode usia dimana
metode Lamendin tidak dapat diandalkan (dan tidak boleh digunakan).
Seperti diprediksi,
metode Lamendin tidak bisa diandalkan dalam individu dengan penyakit
periodontal (40).
Tidak adanya gigi berakar tunggal, sering pada orang tua,
tetap merupakan halangan untuk metode ini.
Dalam hal penundaan postmortem panjang (pada satu dekade ),
tembusan mungkin terpengaruh (studi ini dipublikasikan pada Koleksi gigi Coimbra).
Dengan modifikasi ini dan faktor-faktor yang terlibat tidak ditetapkan, perlu kehati-hatian
bila menggunakan metode Lamendin dengan kerangka kuno.
2.4. TSP: Alat Handal untuk Penilaian Usia
Seperti yang diharapkan, efisiensi TSP lebih tinggi daripada
metode Lamendin dan SBS digunakan terpisah (41) karena dua metode yang membentuk
TSP akan tampil lebih baik dalam interval kronologis tertentu. Kualitas pertama
dari TSP perlu dijabarkan dari metode itu karena pemakaian yang sederhana dan
cepat, dengan perbedaan antarr-pengamat yang rendah (41). Selain itu, kedua
metode dikembangkan dari sampel acuan besar dan multiregional telah (dan masih)
dievaluasi pada sampel independen, dengan hasil yang memuaskan.
TSP juga memiliki keterbatasan yang signifikan, yang pertama
adalah kurangnya satu atau dua indikator. Kedua, kelemahan dari setiap metode
konstitutif . Misalnya, dalam individu muda dimana SBS akan dipilih, mungkin sulit
untuk menentukan keturunan pada mayat membusuk atau kerangka. Seperti
penggunaan standar spesifik populasi , batas metodologis dapat dihindari dengan
menggunakan standar multiregional termasuk variabilitas terluas (6,7). Pada
orang tua, metode Lamendin tidak dilakukan bagi individu lebih dari 65 tahun
usia. Penerapan metodologi Bayes (7,42,43) untuk TSP mungkin dapat mengatasi kesenjangan
ini. Baru baru ini (44), diusulkan agar memasukkan fase ketujuh ke SBS untuk
meningkatkan akurasi penentuan usia simfisis pubis perempuan tua, tapi
mengingat penampilan buruk fase IV, V, dan VI, penulis tak yakin.
2.5. Metode Pelengkap
Ada dua metode dalam kasus tubuh yang abnormal, bahkan
ketika simfisis pubis dan gigi berakar tunggal telah tersedia.
2.5.1. Penyatuan epiphyses klavikula DAN Krista ILIAKA
Dari sudut pandang antropologis, orang dewasa dapat
didefinisikan sebagai waktu ketika epiphyses menyatu, yang menunjukkan akhir
pertumbuhan tulang.
Dua epiphyses itu dapat untuk penentuan usia individu muda,
ujung sternum klavikula dan krista iliaka ilium. Kedua epiphyses mudah untuk dikumpulkan
saat otopsi. Ujung medial klavikula dipotong dengan pahat chisel; krista iliaka
membutuhkan gergaji listrik. Lakukan secar hati hati pada tahapan awal
sambungan sendir itu. Epiphyses adalah potongan-potongan sangat tipis, dan
tulang rapuh yang telah rusak atau bahkan hilang selama perebusan dan
pembersihan.
Dengan penyatuan kedua epiphyses terjadi antara usia 17 dan
30 tahun, ketika seseorang memiliki sebuah simfisis pubis di tahap I atau II, akan
menjadi informasi yang relevan untuk meningkatkan akurasi penilaian usia saat
kematian .
Ada tiga tahap: masalah pada penyatuan (epiphyses
benar-benar lepas dari sisa tulang), menyatu sebagian(parsial), dan penyatuan lengkap.
Krista iliaka ilium mulai menyatu dengan ilium antara usia
14 dan 23 tahun, dengan penyatuan lengkap pada 24 tahun untuk kedua jenis
kelamin (45). Namun, karena ada perbedaan antara populasi (46), disarankan
menggunakan standar penduduk yang tepat. Penyatuan krista iliaka juga telah
dipelajari dalam kedokteran klinis untuk indikator usia biologis , uintuk
menetukan akhir pertumbuhan tulang punggung (47) dan untuk pengobatan skoliosis
pada sub-dewasa .
Persatuan klavikula medial dimulai pada usia yang berbeda,
tergantung pada populasi yang diteliti (45). Tabel 1 merangkum interval usia
masing-masing tiga tahap sesuai dengan 11 studi dari daerah geografis yang
berbeda. Adapun krista iliaka, dianjurkan menggunakan standar spesifik-populasi
untuk akurasi yang lebih tinggi.
2.5.2. PENILAIAN UMUR pada ujung sternal dari rusuk KEEMPAT
Metode menggunakan ujung sternal dari tulang rusuk keempat
(57-59) yang penting ketika peneliti ragu-ragu antara dua fase SBS, terutama
ketika perbedaan antara tahap III infus sulit dipahami.
Pengumpulan bagian sternum dari tulang rusuk dapat dibuat
dengan pahat. Namun, sendi chondrosternal seringkali rapuh. mungkin rusak baik
oleh kondisi taphonomic (kebakaran, penundaan postmortem panjang, tercecar ,
dan sebagainya), dan pembuatan preparat harus lebih berhati-hati daripada untuk
proses simfisis pubis. Disarankan mengumpulkan dua rusuk (sama pada kedua sisi)
dan membersihkan sepenuhnya permukaan artikulasi pada satu sisi sementara
menjaga tulang rawan di sisi lain dalam rangka melestarikan semua indikator. Telah
terbukti bahwa metode ini dapat diterapkan dari ketiga untuk tulang rusuk
kedelapan, dengan pertunjukan setara (60).
Metode, awalnya didasarkan pada modifikasi dengan usia akhir
sternalis dari tulang rusuk keempat, dengan mengamati beberapa fitur untuk
mengklasifikasikan spesimen dalam satu dari sembilan tahap. Cast / pengecoran yang
dapat dilakukan untuk membuat perbandingan visual dari kriteria berikut:
1. Kedalaman dan bentuk artikulasi ("pit") yang
datar dalam tahap awal, memperdalam sedikit, dengan bentuk-V dan permukaan
bergelombang, menjadi jauh lebih dalam dengan bentuk-U dan permukaan tidak
teratur dalam tahap yang lebih tua.
2. Tepi rims, awalnya
datar, menjadi bulat dan tebal, bergigi dan lebih tipis, dan akhirnya, tidak
teratur dan tajam, dengan kalsifikasi tulang rawan pada orang tua (dibulatkan
pada wanita, linier pada laki-laki).
Para penulis menyarankan membuat pengamatan visual dari
sudut yang berbeda, menggunakan permukaan gelap di latar belakang untuk
memudahkan pemeriksaan rinci.
Ukuran yang sangat kecil dari sampel Kaukasia awal (57,58)
yang digunakan untuk menguraikan metode, serta ukuran sampel populasi hitam
dinilai untuk mengevaluasi variasi ras (59), membuat statistik yang diberikan
oleh para penulis (rata-rata dan standar deviasi) sangat tidak relevan,
apalagi, pilihan sembilan hasil fase dalam estimasi usia yang sangat sempit. Oleh
karena itu tidak mengherankan bahwa pengujian metode dengan tim lain gagal memberikan
hasil yang dapat diandalkan . Misalnya, ketika menggunakan sembilan tahap,
bahkan pengamat berpengalaman bisa salah dalam 50% kasus (61). Selanjutnya,
banyak tes pada sampel independen menegaskan adanya perbedaan antara populasi
(15,62,63). Dengan demikian, metode ini hanya digunakan sebagai pelengkap dari
TSP. Penggunaannya sebagai metode tunggal dapat menyebabkan penilaian salah pada
usia saat kematian , kecuali evaluasi dilakukan dengan menggunakan dua tahap
yang berdekatan, mengurangi presisi tetapi memberikan keandalan yang dapat
diterima (61,62).
3. PENENTUAN USIA jika TSP TIDAK MUNGKIN (terfragmentasi, tubuh
diperoleh SEBAGIAN saja )
Daripada memberikan daftar panjang semua metode yang
tersedia (ada lebih dari 30 ), penulis lebih memilih untuk mengusulkan strategi
terbaik dalam setiap situasi yang paling umum forensik praktis. Seperti yang
diharapkan, dalam kasus-kasus, metode yang tersedia kurang dapat diandalkan dan
kurang akurat.
3.1. Tengkorak lepas
Sebagai kasus yang langka seperti pemenggalan kepala dan
pemotongan postmortem, penentuan usia sebuah tengkorak terisolasi terjadi
terutama ketika sisa itu telah menjadi rangka. Biasanya, tengkorak tetap di
lokasi kematian, sedangkan tulang lainnya, bisa tercecar oleh karnivora kecil,
dihancurkan atau dipindahkan. Kadang-kadang, karena banjir, sungai, laut, maka tengkorak
itu, karena bentuknya berbentuk bola, bisa menggelinding jauh.
Menurut beberapa buku teks (8), metode pilihan adalha dengan
penilaian sutura/ jahitan penutupan kranial, seperti yang diusulkan oleh Meindl
dan Lovejoy (64). Sepuluh situs jahitan ectocranial berlokasi tepat harus dievaluasi
pada area panjang 1cm untuk tahapan penutupan tengkorak (terbuka, minimal,
maju, tertutup, dengan nomor yang sesuai dari 0, 1, 2, 3).
Dua nilai dapat
diperoleh dengan menambahkan nomor dikaitkan dengan setiap situs, sistem kubah yang
mengelompokkan tujuh situs dan sistem-lateral anterior yang mengelompokan lima
situs itu (dua system bisa tumpang tindih untuk dua situs yang sama).
Sistem kubah menyediakan 8 skor komposit dengan simpangan
baku dari usia 7,8-12,6 tahun, sedangkan sistem-lateral anterior menyediakan 9
dengan simpangan baku 6,2-10,5 tahun.
Metode ini tidak membutuhkan preparat apapun (jika sudah
jadi r angka ) dan mudah digunakan bahkan oleh peneliti pemula, tetapi penulis
setuju dengan kesimpulan Masset (65) bahwa hubungan antara usia kronologis dan
penutupan jahitan hanya statistik. Selain itu, tidak seperti kebanyakan
indikator usia yang berubah secara progresif dengan usia, dalam beberapa kasus ,
sutura individu tidak pernah dekat. Mungkin karena fakta bahwa penutupan sutura
adalah indikator kematangan daripada satu penentuan usia (7). Dengan demikian,
indikator ini dapat menyebabkan estimasi tidak dapat diandalkan.
Oleh karena itu penulis menyarankan menggunakan metode
Lamendin ketika gigi berakar tunggal yang digunakan (dan jika kerangka itu
tidak terlalu tua). Ketika tidak ada tembusan, metode Lamendin masih berguna. Dalam
situasi ini, dijamin bahwa tengkorak adalah milik seorang dewasa muda. Ketika
gigi selain yang berakar tunggal yang tersedia, metode estimasi usia gigi
lainnya, seperti yang Kvaal atau metode utuh oleh Solheim ini (39), sementum
annulation (66), pulp rongga indeks (67), atau bahkan racemization asam
aspartat (1), harus dipilih disbanding sutura kranial jika waktu dan peralatan memang
tersedia. Namun, penilaian usia saat kematian harus dilengkapi dengan standard
error yang tepat.
3.2. Tubuh Tanpa Gigi
Ketika gigi hilang, simfisis pubis harus pertama kali
diamati untuk orang dewasa muda di bawah 40 tahun, seperti dalam TSP. Tulang
rusuk keempat dapat membantu untuk usia orang tua tanpa benar-benar
menggantikan perkiraan dari gigi. Kemudian, alternatifnya dengan menggunakan
permukaan sacropelvic dari ilium (kami lebih suka istilah ini ke permukaan
aurikularis, karena termasuk tuberositas iliaka), tetapi dengan metodologi yang
berbeda yang yang diusulkan oleh Lovejoy et al. (4). Beberapa studi telah
mengusulkan sistem penilaian baru dan pengolahan data (68-70), tetapi metode
yang diusulkan oleh Schmitt dan rekan (6,71) adalah yang paling relevan untuk menghindari
bias metodologis umum metode ini. Metode ini diuraikan untuk studi populasi
masa lalu (72), tetapi kontribusinya dalam konteks forensik dianggap penting dalam
mayat busuk diawetkan. Kesalahan antar-peneliti dapat dihindari oleh elaborasi
dari sistem penilaian sederhana. Empat fitur bisa memeiliki nilai yang berbeda
(71). Dengan bertambahnya hubungan usia / indikator antara sampel dari wilayah
geografis yang berbeda, sembilan sampel yang berbeda dari empat benua (Eropa,
Amerika Utara, Asia, dan Afrika) telah dipelajari untuk memperhitungkan
variabilitas terluas pola penentuan usia . Estimasi usia saat kematian dibuat
dengan pendekatan Bayesian. Probabilitas kategori usia sesuai pengetahuan
tentang keadaan indikator adalah perhitungan yang paling tepat. Karena sampel
Eropa mengikuti tren variasi yang sama, model Eropa dapat dibuat, tanpa
diperlukan penentuan jenis kelamin (73). Untuk ilustrasi saja , Tabel 2
menunjukkan probabilitas diperoleh dari kombinasi yang berbeda dari empat fitur
, yang dihitung dari sampel dengan distribusi usia homogen. Interval kronologis
memang besar tetapi masih dapat diandalkan.
3.3. Tubuh Tanpa simfisis pubis
Metode berdasarkan rusuk keempat (57-59) dapat digunakan
sebagai pengganti dari SBS untuk melakukan skrining TSP. Dari fase I sampai V,
metode ini dapat digunakan sendiri dengan modifikasi itu memberikan estimasi
dengan interval dua tahap . Namun, metode Lamendin akan lebih disukai untuk
fase V ke IX.
3.4. Tubuh Tanpa Gigi dan simfisis pubis
Ketika kedua indikator TSP hilang, alternatifnya adalah menggunakan
tulang rusuk keempat atau permukaan sacropelvic ilium seperti dijelaskan di bagian
3.2. Estimasi ini bisa kehilangan keakuratan.
3.5. Kasus Diwakili oleh Tulang Panjang dan Berbagai Fragmen
(Sisa remukan)
Jika tidak ada indikator yang dijelaskan di atas tersedia,
penilaian usia saat kematian akan sulit. Dalam sejumlah besar metode yang telah
dikembangkan selama 50 tahun, metode penilaian usia saat kematian dari tulang
panjang didasarkan pada kehilangan tulang oleh Xray (5,74,75) atau analisis
histologis oleh pengamatan mikroskopis struktur tulang kortikal (76-80) . Namun,
proses biologi yang mendasari kehilangan tulang dan pergantian tulang adalah
variabel yang sangat jelas antara jenis kelamin, dalam individu dari populasi
yang sama, dan antar populasi. Interaksi banyak parameter (faktor keturunan,
faktor lingkungan, aktivitas fisik, merokok, alkohol, pengobatan medis)
bertanggung jawab untuk metabolisme jaringan tulang. Selain itu, teknik itu
memakan waktu dan merusak. Identifikasi struktur kortikal akan sulit, dan ada
perbedaan antara pengamat (41,81-83).
Ukuran sampel kecil seringkali tak tepat untuk orang lanjut
usia . Usia saat kematian dihitung dari regresi, yang seringkali menambah usia
yang termuda dan meremehkan usia yang tertua (84). Jadi, ketika sisa manusia
yang diwakili oleh fragmen dan / atau tulang panjang, penilaian usia saat
kematian tidak mungkin. Akibatnya, proses identifikasi sebagian besar menjadi terbatas.
Tabel 2
Distribusi Probabilitas
Posterior
Dari Penduduk acuan dimana
Distribusi Umur tak s eragam
Skor
Estimasi Probabilitas
SSPIA, lintas organisasi;
SSPIB, modifikasi permukaan; SSPIC, modifikasi apikal; SSPID, modifikasi
tuberositas iliaka.
Kategori umur ditambahkan
untuk mencapai ambang batas 0,8.
4. KESIMPULAN
Rosing dan Kvaal (85) menyatakan bahwa "metode dengan
standar error regresi lebih dari 5-7 tahun tidak cocok untuk aplikasi forensik
rutin." Para penulis berpikirhal itu berlaku secara i teoritis, tanpa
dasar praktis. Pertimbangkan bahwa penilaian usia dewasa saat kematian cukup
handal dan akurat dari sudut pandang hukum ketika mayat tersebut terjaga dengan
baik. TSP memberikan hasil yang memuaskan. Namun, metode Lamendin membutuhkan
tes lebih lanjut tentang populasi dari berbagai daerah untuk mempelajari dan
memperhitungkan variabilitas dari indikator terlibat dengan usia.
Ketika gigi hilang, metode Lamendin dapat diganti dengan pengamatan
akhir sternalis dari tulang rusuk keempat atau oleh permukaan sacropelvic dari
ilium dengan metode ¸ scan dan Loth (57-59), yang dimodifikasi oleh Baccino dan
rekan (61,62), dan metode itu diuraikan lebih lanjut oleh Schmitt (6,71,73). Namun,
satu hal harus diingat bahwa keandalan metode yang pertama dan akurasi yang
terakhir lebih rendah dari TSP. Studi variabilitas penentuan usia dari tulang
rusuk keempat, dengan cara statistik yang sesuai, harus dikembangkan. Sekarang,
evaluasi usia dengan indikator ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati.
Ketika baik indikator TSP (simfisis pubis dan gigi), tulang
rusuk keempat dan permukaan sacropelvic ilium dianggap hilang, penilaian usia sering
tidak dapat diandalkan dan akurat, dan estimasi tidak dianjurkan.
Keterbatasan terbesar usia saat penilaian kematian , apa pun
metode yang digunakan, adalah tidak adanya identifikasi orang lanjut usia. Setelah
usia 65 tahun, sulit untuk menentukan usia akurat pada kematian. Upaya ke arah
ini perlu dikembangkan lebih lanjut.
Daftar pustaka
No comments:
Post a Comment